7 Jul 2009

Mari Bicara

Pengkhotbah 3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;

Virginia Safir, seorang terapis keluarga menceritakan sepasang suami istri yg datang kepadanya karena pernikahan mereka yang telah berusia 20 thn membutuhkan bantuan.

Setelah beberapa kali pertemuan, dia meminta mereka masing2 untuk mengatakan secara terbuka apa yang tidak mereka senengi dari pasangannya. Dengan penuh emosi, si suami berkata: “ Aku harap kamu tidak lagi menyajikan bayam yang memuakkan itu!”

Setelah pulih dari rasa terkejutnya, si istri menjawab:” Aku juga ndak suka bayam, tapi kukira kamu menyukainya.”

Sebuah iklan di tv mempunyai motto: “Mari nge the, mari bicara.”
Ya, bila kita perhatikan salah satu penyebab terjadinya konflik baik di rumah tangga, tempat kerja, maupun dilingkungan pelayanan, disebabkan karena adanya miskomunikasi dengan sesama.

Sebenarnya masalah yang dihadapi tidak besar, tetapi tidak atau kurang dibicarakan, akhirnya berujung kepada pertikaian atau kekacauan.

Seandainya saja kita mau saling terbuka, suami istri mau saling jujur, atasan dan bawahan mau berkomunikasi dengan baik, sesama pekerja mau berbicara dari hati ke hati, maka tidak ada persoalan yang terlalu sulit untuk dipecahkan. Tetapi sayang, karena alasan gengsi, masing2 kita lebih suka diajak bicara atau disapa terlebih dahulu (tapi bayangkan bila dalam posisi saling mendiamkan n memendam kejengkelan, salah satu dari kita dipanggil Yang Kuasa? Alamak! Penyesalan pasti.).

Kita mengharuskan orang lain mengerti apa yang kita pikirkan dan rasakan, tapi kita tidak mau mengatakannya. Aneh bukan?

Belum lagi bila kita masih bisa tertawa dan bercanda dengan teman2 tetapi berdiam diri ketika berdua dengan pasangan hidup kita yang sedang kita jengkel…ironis sekali…

Seorang bijak berkata,” Miskomunikasi, komunikasi buruk, atau tidak ada komunikasi dapat menciptakan masalah2 besar.”
Karena itu, hari ini sebelum masalah dalam rumah tangga menjadi besar, cegahlah dengan menjalin komunikasi yang baik dengan sesama anggota keluarga.

Jangan karena setitik nila merusak susu sebelanga.

Jangan sampai karena kurangnya keterbukaan, maka hancurlah hubungan keluarga. Dan yang terpenting, gunakanlah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia. (Ef 4:29) Ingatlah bahwa kejujuran dan keterbukaan selalu dapat menyelesaikan masalah apa saja. Jadi buanglah semua gengsi, buang jauh2 sikap diam seribu bahasa, dan mulailah berbicara.

Komunikasi adalah sesuatu yang MUDAH, menjadi SUSAH apabila kita TIDAK MEMPRAKTIKKANNYA.
Comments
1 Comments

1 komentar:

  • ilmu inspirasi air says:
    8 Juli 2009 pukul 12.20

    komunikasi adalah bahasa kehidupan yang menalikan sosialitas sesama manusia... tanpa komunikasi manusia tiada akan dapat bersosialisasi... tanpa sosialisasi hidup takkan ada... terkadang merealisasikan komunikasi yang baik itu sulit, terpasung ego, pikiran bulat diri, atau keras hati, dll...

    tx dah kunjungi ilmu inspirasi air dan menjadi ilmair's readers

Posting Komentar

Berkomentarlah yang sopan, dilarang mengejek/menghina orang lain. No SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan). Selamat Berkomentar ria :D

Disclaimer

Tempat meuangkan inspirasi

Bottom 3